Guru-guru SMA se-Yayasan Bunda Hati Kudus (YBHK) sebagai entitas insan pendidikan, memiliki peran sentral sebagai fasilitator sekaligus manajer pembelajaran. Peran yang sentral menuntut mereka untuk terus belajar, agar selalu mampu beradaptasi dengan berbagai regulasi, kebijakan, dan tuntutan perubahan yang sangat dinamis dalam bidang pendidikan.
Dalam rangka lebih memahami sekaligus mendapatkan insight baru dan praktik-praktik baik tentang kurikulum merdeka atau kurikulum 2022, maka guru-guru SMA se-YBHK, mengikuti pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Pelatihan berlangsung selama dua hari yaitu tanggal 5-6 Juli 2022 di Aula Sekolah Tarsisius 1, Jln. K.H Hasyim Ashari No. 26, Jakarta Pusat. Nara sumber dalam pelatihan ini adalah Hargio Santoso, S.Pd, M.Pd dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP), Provinsi Jawa Barat.
Ketua YBHK Drs. Hermanus Eddy Gunawan dalam sambutan pengarahannya mengharapkan agar para guru sebagai pelaksana kurikulum, sungguh-sungguh menyiapkan diri untuk mengikuti kegiatan ini. “Kurikulum hanyalah alat untuk membantu di dalam pelaksanaan pembelajaran. Secanggih atau sebaik apapun alat itu, apabila digunakan atau dioperasikan oleh orang yang tidak terampil maka akan sia-sia sajalah alat itu. Kurikulum Merdeka sebagai alat yang akan diimplementasikan, maka para guru harus bersungguh-sungguh memahaminya bersama nara sumber”, demikian Ketua YBHK yang juga alumni SMA Tarsisius 1 itu mengingatkan.
Kurikulum Merdeka (Kurma) sebagai produk kebijakan baru dalam bidang pendidikan, secara substansi dan struktur memang memiliki kemiripan dengan kurikulum sebelumnya. Namun, secara komposisi, prosedur, dan fleksibilitas, Kurma memiliki perbedaan yang signifikan dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan inilah yang harus dipahami secara mendalam oleh para guru sebagai garda terdepan untuk mengimplementasikan Kurma dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Hargio Santoso dalam paparannya di hari pertama, menjelaskan tentang profile Kurikulum Merdeka (Kurma), Capaian Pembelajaran (CP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Tujuan Pembelajaran (TP), Elemen Pembelajaran (EP), Materi, dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Selanjutnya diskusi kelompok untuk menyusun ATP sesuai dengan bidang studi masing-masing. Hari kedua, para guru belajar tentang penyusunan Modul Ajar (MA), Project Based Learning (PBL), dan Asesmen. Selanjutnya, sama dengan hari pertama, para guru berkumpul sesuai dengan bidang studi masing-masing untuk menyusun Modul Ajar.
Pada akhir paparannya, Hargio Santoso mengingatkan para guru untuk terus belajar agar selalu mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan. Apabila seorang guru lambat atau enggan belajar, maka dia hanya akan menjadi guru kagetan. Selalu kaget ketika terjadi perubahan. Apa yang didapatkan dalam pelatihan selama dua hari itu hendaknya ditindaklanjuti dengan merancang modul ajar dan proyek pembelajaran yang mampu memantik keingintahuan para siswa sekaligus membentuk karakter mereka sebagai pelajar pancasila.
Penulis: Yoakim Deko Lamablawa